Senin, 02 November 2015

Digitalisasi Industri

Kami hadir kembali. Terima kasih karena setia mengunjungi blog ini. Kali ini kita akan berbicara tentang 'digitalisasi industri', topik yang up to date dan sangat luas. Mengapa luas, karena bisa saja menyebar menjadi 'industrialisasi digital' ataupun 'digitalisasi industri'.

Zaman sekarang, dunia digital seakan terus merangsek masuk ke sendi-sendi terdalam dalam kehidupan kita. Dari mulai kita membuka mata hingga sebelum tidur, dunia digital hadir dalam berbagai bentuk. Mulai dari pertemanan, jalinan keluarga, bisnis, hubungan sosial, dan lainnya sudah terhubung dengan dunia digital--dalam hal ini media sosial, internet, dan sebangsanya.



Begitu juga dengan industri. Dunia digital merangsek dan mengubah tatanan industri dengan berbagai upaya antara lain aplikasi dan viral promosi. Iklan, promosi, brand awereness, brand equity
mulai dilakukan di dunia digital yang berbasis internet. Dengan dukungan media sosial yang benar-benar 'menjajah' dunia, keempat hal itu tampak lebih mudah dan sporadis dilakukan.

Berbeda dengan promosi secara konvesional, seperti door to door atau penyebaran brosur/pamflet, promosi dan iklan di dunia digital memang lebih efisien, murah, efektif, dan tepat sasaran. Jangkauan dari promosi dan iklan di dunia digital juga lebih luas, world wide, bukan hanya satu lokasi tertentu seperti metode konvensional.

Di sinilah terdapat tren peralihan (swifting) yang mendasar dari cara-cara konvensional ke metode modern yang berbasis digital. Kata-kata e-commerce, aplikasi, website, viral apps, dan online branding menjadi lebih familiar di telinga kita saat ini, dibanding tiga atau lima tahun lalu.

Ditambah lagi berbagai aplikasi personal sharing yang terus mendunia, seperti facebook, twitter, whatsup, instagram, path, google+, seakan mendorong pelaku industri besar untuk masuk ke dalam itu untuk menjangkau konsumen yang lebih luas. Basis konsumen secara personal merupakan fondasi penjualan yang besar, mengingat keterkaitan inter-personal yang bisa dibangun antara brand dan konsumen.

Brand sebagai perwakilan dari industri ingin tetap dekat dengan konsumen di manapun dan kapan pun. Dengan penetrasi internet dan gadget yang begitu pesat, brand seakan ingin 'hidup berdampingan' dengan konsumen loyalnya. Bagaimana tidak, pengguna internet di Indonesia meningkat signifikan menjadi 82 juta orang pada tahun lalu. Sekitar 80% dari total pengguna internet di Indonesia didominasi para remaja berusia 15 tahun sampai 19 tahun.

Indonesia kini berada di peringkat 8 dunia dalam jumlah pengguna internet. Di sini lah letak digitalisasi industri, untuk menangkap 82 juta orang calon konsumen dari total penduduk Indonesia sebesar 252 juta orang.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar