Kamis, 31 Maret 2016

Inilah Strategi Perusahaan Investasi Mengelola Dana dan Meraup Profit

Model bisnis perusahaan investasi antara lain menggali sumber pendanaan guna membiayai investasi sehingga dapat melakukan monetisasi.

Berbicara tentang perusahaan investasi, mungkin banyak beterbaran di Indonesia. Ambil contoh perusahaan investasi skala besar di Indonesia, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (kode saham: SRTG). Emiten perusahaan investasi ternama di Indonesia ini membukukan kenaikan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham sebesar 48% menjadi Rp 923 miliar. Kenaikan laba tersebut terutama didorong oleh realisasi dari valuasi investasi sebesar Rp 1,1 triliun dari PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dimana di tahun 2015 telah menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Presiden Direktur Saratoga Michael WP Soeryadjaya mengatakan kondisi makro ekonomi mempengaruhi bisnis perusahaan investasi, namun dengan strategi diversifikasi yang tepat dan manajemen yang teruji dan solid dengan didukung oleh fundamental bisnis dari perusahaan investasi yang kuat, Saratoga mampu mengatasi hambatan dan mengidentifikasi peluang investasi yang menarik.

Saratoga menerima lebih dari 100 peluang investasi sepanjang 2015. “Keputusan investasi yang dilakukan selama 2015 telah  melalui proses yang detail dan sangat selektif. Kami optimis investasi tersebut akan semakin memperkuat portofolio Saratoga, menciptakan sinergi dan mampu menjaga bisnis perusahaan tumbuh secara berkelanjutan,” jelas Michael dalam keterangan tertulis.

Michael menambahkan Saratoga agresif dalam melihat peluang investasi baru, di samping menjaga tingkat disiplin yang ketat yang akan mengarahkan Perseroan menjadi lebih baik. Pada 2015 terdapat lebih dari 100 proposal penawaran dari berbagi peluang investasi yang masuk dimana sebanyak 39 diantaranya sampai tahap due dilligence dan menetapkan 3 investasi baru senilai Rp 300 miliar.

Saratoga mengakuisisi saham PT Agra Energi Indonesia, sebuah Perusahaan yang melakukan tahap awal eksplorasi minyak & gas yang berfokus pada eksplorasi aset dan laut dalam di Indonesia Timur.
Melalui akuisisi terhadap saham PT Batu Hitam Perkasa, Saratoga mempunyai kepemilikan di Paiton Energy, salah satu IPP terbesar di Indonesia. Perusahaan ini mengoperasikan dua unit pembangkit listrik: unit 7/8 dan unit 3 dengan kapasitas total pembangkit 2.035MW dan merupakan bagian dari Paiton Power Station yang melayani jaringan listrik Jawa-Bali.

Aktivitas investasi ketiga dilakukan pada Heyokha Investment, sebuah perusahaan investasi yang memungkinkan Saratoga untuk memperluas kemampuan dalam berinvestasi di ekuitas publik dan swasta.

Untuk mendukung kegiatan investasi, Perseroan berhasil menerbitkan Exchangeable Bond senilai US$ 100 juta dengan skema PUT 3 (Penawaran  Umum Terbatas) tenor 5 tahun  dan kurs tetap (fixed rate) sebesar 3% per tahun (dengan yield to maturity sebesar 3.75%). Transaksi ini menandai pencapaian penting sebagai Perusahaan pertama di  Indonesia yang masuk ke dalam pasar obligasi yang terkait surat utang berbasis ekuitas (equity-linked) sejak  2010.

Exchangeable Bond (EB) tersebut tidak hanya mencerminkan kemampuan Saratoga untuk menggali sumber-sumber pendanaan yang bervariasi sambil mengelola efektivitas biaya dan utang, namun juga sebagai inisiatif Saratoga dalam membuktikan bahwa model bisnisnya mampu memonetisasi dan membiayai investasinya. Ini menjadi kunci dari model operasi investasi aktif Saratoga.

Direktur Keuangan Saratoga Jerry Ngo menambahkan, sumber pendapatan selama 2015 juga berasal dari pendapatan dividen empat perusahaan investasi yakni Adaro, MPM, TWU, dan NRC sebesar Rp 191 miliar.

Proyeksi 2016 
Michael menambahkan, di tahun 2016 Saratoga akan tetap mencari potensi peluang dan ketat dalam mengelola portofolio investasi. Langkah itu sudah diawali dengan akuisisi 5,63% saham PT Mulia Bosco Logistik (MGM Bosco) di awal tahun 2016. Transaksi tersebut memberikan peluang yang sangat baik bagi Saratoga dalam membangun platform pertumbuhan sektor cold chain logistik yang lebih tinggi.

Di awal tahun ini, Saratoga mendivestasikan investasinya di perusahaan tug boat dan tongkang batubara, PT Pulau Seroja Jaya. Hasil investasi yang diterima sebesar Rp 98,6 milliar.

“Investasi Saratoga akan terus menargetkan pada sektor-sektor fundamental yakni Sumber Daya Alam, Infrastruktur dan Consumer Goods and Services. Kami optimis kinerja Saratoga akan semakin membaik sejalan dengan prospek ekonomi nasional yang kian positif,” imbuhnya.(*)

Baca selengkapnya di sini

Rabu, 30 Maret 2016

Ketika Industriawan Beralih Jadi Pedagang

Berawal dari pertemuan singkat di salah satu kawasan industri di timur Jakarta, tepatnya di Cikarang, kisah ini bermula. Mulanya hanya kunjungan singkat dengan salah satu industriawan di sana, tapi justru obrolan makin seru dan menarik hingga lupa waktu.

Obrolan seputar kondisi industri saat ini, pemutusan hubungan kerja (PHK), upah pekerja, regulasi, hingga kinerja pemerintahan saat ini. Meski rentan melebar ke mana-mana, tapi obrolan tersebut sangat berlandaskan fakta yang terjadi riil di lapangan.

"Industri kita sulit bernafas, lihat saja Sanyo dan Toshiba yang sudah menjual pabriknya kepada Haier dan Skywatch," ujarnya tanpa mau diungkap identitasnya.

Industriawan tersebut menambahkan bukan hanya prinsipal asal Jepang yang ketar-ketir dengan kondisi di Indonesia, investor asal Korea juga demikian. Bahkan, belum lama ini sebanyak 100 investor dan pimpinan perusahaan terutama dari investor elektronik asal Korea Selatan di Indonesia berkumpul di salah satu hotel bintang lima di daerah Senayan, dipimpin Dubes Korsel untuk Indonesia, mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna menstabilkan perekonomian nasional. Pasalnya, perlambatan perekonomian nasional dalam dua tahun terakhir telah menurunkan omzet industri elektronik di negeri ini sehingga banyak perusahaan di industri ini yang melakukan layoff.

“Mereka (100 investor Korsel) sangat khawatir dengan kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan perlambatan ekonomi Indonesia sehingga mendesak pemerintahan Jokowi untuk bekerjasama guna mengatasi masalah tersebut,” katanya yang mengetahui pertemuan pada akhir bulan lalu.

Menurut mereka, salah satu investor asal Korsel yang cukup gelisah antara lain di sektor industri elektronik. Perlambatan perekonomian nasional ditambah upah pekerja naik serta tekanan inflasi dan depresiasi kurs menekan industri elektronik nasional. Bahkan sejumlah prinsipal elektronik asal Jepang sudah terlebih dahulu menutup pabrik. “Investor elektronik asal Korsel seperti Samsung terus mencermati kondisi ini. Mereka tidak mau investasi mereka lebih dari Rp 30 triliun harus menguap di Indonesia, apalagi mereka punya 140 vendor di negeri ini,” ujarnya.

Karena itu, lanjut dia, 100 investor Korsel bertemu Jokowi untuk merumuskan kembali iklim usaha yang kondusif di Indonesia. Berbagai hambatan dan tantangan perlu diselesaikan bersama agar membuat iklim usaha yang lebih kondusif.

Seperti diketahui, pada Februari 2016 dua prinsipal elektronik asal Jepang, yakni Toshiba dan Panasonic, terpaksa menutup pabriknya di Indonesia awal tahun ini, sehingga menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 2.500 karyawan. Kondisi itu memperparah iklim investasi di industri elektronik, setelah sebelumnya prinsipal Jepang lainnya yakni Sanyo terpaksa menghentikan operasional pabriknya di Indonesia.

22 Pabrik Akan Tutup
Obrolan kami berlanjut dan bertambah seru. Kini dia membandingkan upah pekerja di Indonesia dan negara-negara lain di ASEAN. Upah minimum provinsi tertinggi di Indonesia berada di Karawang sekitar Rp 4 juta/bulan, sementara di Vietnam upah di sana hanya Rp 1,6 juta/bulan dengan produktivitas yang lebih tinggi. Mencermati fakta tersebut, memang perlu riset lebih dalam apakah produktivitas pekerja Indonesia tertinggal dibanding Vietnam, namun hal itu menjadi salah satu tolak ukur daya saing.

Dia menambahkan, di samping upah yang terus naik, perusahaan juga harus menanggung BPJS, tapera, dan lainnya yang bisa mencapai 37% dari total gaji pekerja setahun. Cukup berat dirasakan oleh industriawan, apalagi di tengah kondisi perlambatan ekonomi dan kelesuan daya beli saat ini.

"Di seluruh kawasan industri di timur Jakarta, sekitar 22 pabrik lagi akan berhenti beroperasi akibat kondisi tersebut," jelasnya.

Jika industri melemah, maka sektor perdagangan yang akan memimpin karena tidak menyerap tenaga kerja massal. Impor produk jadi yang lebih murah dibanding mengolah produk di Indonesia akan menjadi tren. Akhirnya, industriawan beralih menjadi pedagang. Itu konsekuensi logis yang harus diterima semua pihak. Bagaimana mengatasinya, perlu kerjasama semua pihak. Tidak bisa satu pihak mengindahkan pihak lain karena semua makin terhubung dan terkoneksi.(*)

Referensi di sini

Kamis, 17 Maret 2016

Strategi Marketing Industri yang Kebal Krisis

2016 telah memasuki bulan ketiga, yakni Maret. Perbaikan ekonomi mulai terlihat setidaknya dari kurs nilai tukar rupiah, yang menguat hingga level di bawah Rp 13.000/US$ dari rata-rata Rp 14.170/US$ pada 2015. Meski demikian, tantangan tahun ini belum akan reda seluruhnya, terutama daya beli masyarakat yang masih cenderung lemah.

Nah, bagaimana strategi marketing yang tepat di masa perekonomian seperti ini? Karena dalam menjalankan usaha, ada hal yang lebih penting dibanding menciptakan produk, yaitu pemasaran produk dan jasa yang dilakukan dengan handal.

Bisa dikatakan, strategi pemasaran merupakan kunci berhasilnya penjualan suatu produk. Akan tetapi kualitas produk juga tetap perlu diperhatikan karena menjadi poin penting dalam pemasaran tersebut.

Berikut ini adalah 5 strategi pemasaran dalam berbisnis yang bisa anda terapkan untuk meningkatkan penjualan produk atau jasa Anda ditambah tips strategi pengusaha terlepas dari krisis:

Mengenali Pelanggan

Lakukan identifikasi terhadap target pasar anda. Misalnya, jika usaha anda bergerak dalam pemasaran fashion Korea, anda bisa membidik kalangan remaja yang identik dengan demam Korea.

Jika usaha anda bergerak dalam pemasaran sepatu wedges, anda bisa membidik para wanita dengan rentang umur 20-35 tahun. Identifikasi yang tepat dapat mempermudah anda dalam menyusun strategi pemasaran yang efektif dan menghindarkan anda dari pembuangan biaya dan waktu yang sia-sia.

Melakukan Promosi

Lakukan pengenalan produk/promosi kepada konsumen dengan cara yang kreatif. Sebisa mungkin, anda harus melakukan promosi yang konsisten dan terus-menerus.

Misalnya setiap kali anda bepergian, anda bisa membawa brosur dan pamflet berisi produk usaha anda untuk dibagikan kepada orang yang dituju, keluarga, rekan kerja, ataupun disebarkan di tempat-tempat umum. Bisa juga dengan membuat status mengenai produk usaha anda di sosial media.

Selain itu, amatilah bagaimana promosi yang diterapkan oleh para kompetitor. Jika promosi anda lebih menarik, silahkan melanjutkan. Namun jika promosi kompetitor jauh lebih menarik, segera siapkan promosi yang lebih unik, kreatif, dan menarik.

Satu lagi cara promosi yang dapat anda lakukan adalah dengan berpromosi dari mulut ke mulut. Tak dapat dipungkiri bahwasannya cara ini dapat menjaring pelanggan jauh lebih banyak. Dengan berbagai cara ini, anda dapat menemukan pelanggan dengan sendirinya.

Memilih Lokasi yang Strategis

Hal penting lainnya yang harus diperhatikan ialah pemilihan lokasi usaha. Anda bisa melihat contohnya lewat berbagai Bakery yang berdiri di sepanjang jalan yang sibuk dan dilalui oleh banyak orang.

Pemilihan lokasi tersebut merupakan salah satu strategi mereka untuk menjaring pelanggan. Karena itu, pilihlah lokasi usaha yang strategis dan tepat agar usaha anda dapat dijangkau oleh pelanggan.

Menggunakan Internet Marketing

Salah satu strategi pemasaran yang sedang gencar dilakukan ialah internet marketing. Dengan menampilkan produk usaha anda pada situs jejaring sosial, maka anda dapat mengetahui bagaimana selera konsumen dan apa yang mereka butuhkan. Semakin hari aktivitas jual beli melalui online shop semakin marak dilakukan.

Para konsumen cenderung ingin berbelanja dalam ruang yang lebih privat dan terhindar dari keramaian. Internet membuka pintu yang lebar bagi anda untuk berinovasi.

Anda dapat menampilkan produk usaha anda pada website, blog, facebook, dan situs lainnya, dengan memasang foto-foto yang sekiranya dapat menarik konsumen. Dengan menggunakan internet marketing, anda juga dapat berinteraksi secara langsung dengan konsumen tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Menjalin Hubungan yang Baik dengan Konsumen

Konsumen ialah raja. Slogan satu ini patut dipertahankan guna menjaga kelangsungan suatu usaha. Jalinlah hubungan yang baik dengan konsumen. Hubungi mereka untuk sekadar menanyakan testimoni mengenai produk usaha anda ataupun  menginfomasikan produk yang baru anda keluarkan, dan promo yang sedang berjalan.

Konsumen membutuhkan produk dan anda membutuhkan konsumen untuk orientasi keuntungan. Maka itu, terapkanlah simbiosis mutualisme dalam hal berbisnis.

Menjalin hubungan yang baik dengan konsumen merupakan kunci terakhir yang harus anda pegang untuk mencapai kesuksesan dalam berbisnis.

Berikut ini 7 strategi pelaku industri untuk bertahan dari krisis:

1. Intuisi Pengusaha
Intuisi adalah modal paling utama pada industri kreatif. Intuisi ini hanya dapat dirasakan oleh kita. Seringkali orang awam menyebutnya “feeling”. Banyak pengusaha yang mengandalkan intuisi untuk membangun dan membesarkan usahanya. Seringkali usahanya menjadi besar tanpa perhitungan yang rumit sehingga membuat orang terkagum-kagum dibuatnya.

Namun sebagian pengusaha yang lain musti berupaya keras untuk memahami intuisinya. Pengusaha jenis ini seringkali ketinggalan moment untuk melakukan eksekusi bisnis karena terlalu banyak pertimbangan. Untuk dapat menguasai intuisi secara cepat, dapat dilakukan dengan melakukan latihan rutin setiap hari. Coba istirahatkah pikiran. Gunakan perasaan untuk menilai baik buruknya melakukan eksekusi bisnis. Jika perasaan sudah tidak enak atau tidak cocok, segera tinggalkan. Jika kita merasa cocok atau yakin, segera lakukan meskipun perhitungan diatas kertas tidak mendukung. Begitu seterusnya diulang-ulang sampai akhirnya kita terbiasa menggunakan intuisi kita.

2. Produk yang memiliki lifetime lama, bisa dijual dalam kondisi apapun
Bagian ini akan memukul telak para pelaku bisnis latah alias pebisnis yang suka meniru pebisnis lain. Untuk dapat menjadi bisnis yang tahan krisis, produk yang kita miliki haruslah spesifik, lifetime-nya lama, dan bisa dijual dalam kondisi apapun. Contohnya adalah iklan dinamis. Produk yang satu ini akan disukai orang banyak, apalagi jika sifatnya orisinil. Bahkan banyak pula biro iklan yang akhirnya meniru, meskipun mereka nantinya hanya akan bertahan sebentar saja.

Melahirkan produk yang spesifik, lifetime-nya lama dan bisa dijual dalam kondisi apapun itu membutuhkan kreatifitas luar biasa tinggi. Setidaknya kita juga harus berpikir jauh ke depan untuk melihat kemungkinan produk kita tetap disukai konsumen dalam waktu 10 tahun mendatang. Anda berani berpikir seperti ini?

3. Strategi tahan krisis
Salah satu strategi tahan krisis adalah membuat organisasi bisnis yang ramping dan lentur menghadapi berbagai perubahan. PHK banyak terjadi karena perusahaan tidak mampu membiayai organisasi bisnisnya yang tambun. Membentuk organisasi bisnis yang ramping dan lentur pun masih belum cukup. Harus ditambah dengan fleksibilitas, yakni dapat beroperasi dimana saja dalam keadaan apa saja (misalnya beroperasi tanpa kantor dan gaji masing-masing karyawan hanya tinggal separuhnya). Disini kita harus menyusun sistem yang mendukung sistem operasi seperti ini.

4. Kecerdasan Pengusaha
Tidak seperti karyawan yang dipersyaratkan lulus pendidikan formal tertentu, pengusaha itu bisa berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari yang tidak makan sekolahan sampai yang pendidikannya tinggi. Tingkat kecerdasan pengusaha pun bermacam-macam. Namun yang paling beruntung adalah pengusaha yang mampu menguasai teknologi informasi dan informasi faktual dengan baik dan benar. Jenis pengusaha seperti ini tidak akan tergantung pada kecerdasan karyawannya, sehingga beroperasi seorang diri pun ia akan sanggup. Ini menjadikannya seorang pengusaha yang fleksibel dan berpotensi tinggi untuk tahan krisis.

5. Mencermati & Mempelajari Fakta Tren Saat Ini
Seringkali kita mengabaikan tren yang terjadi pada saat ini. Padahal tren saat ini akan mempengaruhi tren kedepan. Contohnya adalah tren menipisnya cadangan minyak dunia. Sudah jelas bahwa cadangan minyak dunia akan habis. Jika kita tetap bertahan di bisnis itu, apakah kita akan mendapatkan keuntungan di masa depan? Kita hanya akan mendapatkan keuntungan jika mampu menciptakan bahan bakar alternatif.

6. Tren ke Depan
Banyak pengusaha yang hanya berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini dan mengikuti arus saja. Padahal banyak perusahaan besar yang mati-matian melakukan riset untuk membuat tren kedepan. Pada akhirnya, yang bertahan adalah perusahaan yang mampu menciptakan tren kedepan. Misalnya tren masa depan orang melakukan transportasi melalui udara (karena jalanan di darat penuh sesak), maka hanya perusahaan yang mampu menciptakan alat transportasi melalui udara sajalah yang akan bertahan di masa depan.

7. Mampu Mendobrak Pasar
Pasar itu diciptakan! Bukan kita berbisnis hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar. Lihatlah contohnya air minum dalam kemasan (AMDK). Tahun 1970-an, orang mungkin akan mencibir ketika kita minum AMDK. Tapi sekarang, saat pencemaran ada dimana-mana dan air bersih sulit didapat, maka orang membutuhkan air bersih yang bisa dikonsumsi setiap saat. Pada saat jaman makin maju dan waktu pribadi makin tersita, maka orang makin membutuhkan AMDK. Itulah mengapa perusahaan AMDK bisa berjaya saat ini. Bukan tidak mungkin 30 tahun lagi kita membutuhkan UDK (Udara Dalam Kemasan) karena makin parahnya polusi udara di kota-kota besar. Mampukah Anda mendobrak pasar dengan produk seperti ini?

Bisnis tahan krisis itu diciptakan, bukan muncul karena keberuntungan. Sedangkan krisis ekonomi itu pasti akan terjadi, kapanpun dapat terjadi. Semoga berhasil.(*)

Rabu, 16 Maret 2016

Inilah 10 Perusahaan Berbasis Online Termahal di Indonesia 2016

Inilah 10 perusahaan berbasis online dengan valuasi termahal di Indonesia pada 2016. Data dari webstatsdomain.org yang dikumpulkan duniaindustri.com menyebutkan, Detik.com menduduki urutan pertama di negeri ini dengan estimasi valuasi nilai US$ 40.136.296 (atau setara Rp 521,7 miliar dengan kurs Rp 13.000/US$). Nilai valuasi Detik.com naik dari tahun sebelumnya hanya US$ 19.4 juta (atau setara Rp 275 miliar dengan kurs Rp 14.170/US$ pada 2015).

Kenaikan nilai valuasi itu seiring peningkatan peringkat Detik.com di dunia, pada 2016 Detik.com berada di urutan 156 di dunia, naik dibanding 2015 di peringkat 267 di dunia, dari sekitar 30 juta website secara gobal. Sekitar 94,7% traffic berasal dari Indonesia, dan skor search engine optimization (SEO) 77%.

Di peringkat kedua perusahaan online termahal, Kaskus.co.id dengan nilai valuasi US$ 19.403.852 (atau setara Rp 252.2 miliar dengan kurs Rp 13.000/US$) pada 2016, naik dibanding valuasi pada 2015 sebesar US$ 17.808.931 (setara Rp 252,3 miliar dengan kurs Rp 14.170/US$). Meski nilai valuasi dalam dolar Amerika Serikat naik, peringkat Kaskus.co.id di dunia sedikit turun menjadi ranking 314 dunia pada 2016 dibanding tahun sebelumnya yang menempati ranking 304 dunia. Sekitar 93,9% traffic kaskus.co.id berasal dari Indonesia, dengan skor SEO 87%.

Kejutan luarbiasa terjadi di posisi ketiga. Terjadi perubahan drastis, dari sebelumnya menduduki posisi 10 pada 2015, Tribunnews.com, portal berita milik Grup Kompas, berhasil menyodok langsung ke posisi ketiga perusahaan berbasis online termahal di Indonesia. Tribunnews.com memiliki nilai valuasi pada 2016 sebesar US$ 18.980.423 (atau setara Rp 246,7 miliar dengan kurs Rp 13.000/US$), meningkat sangat signifikan dibanding 2015 sebesar US$ 1.619.162 (atau setara Rp 22,9 miliar dengan kurs Rp 14.170/US$). Secara global, peringkat Tribunnews.com juga meroket menjadi posisi 215 dunia pada 2016, dari posisi 2015 di ranking 1.277 dunia, ditopang traffic 93,4% dari Indonesia dan skor SEO sebesar 65%. Selain itu, Tribunnews.com juga mengalahkan peringkat dunia Kaskus.co.id, meski secara nilai valuasi masih lebih rendah.

Urutan keempat diduduki portal berita dari Emtek Group, yakni Liputan6.com, dengan valuasi pada 2016 sebesar US$ 18.780.593 (atau setara Rp 244 miliar), naik signifikan dibanding 2015 yang hanya sebesar US$ 10.934.744 (atau setara Rp 154,9 miliar dengan kurs Rp 14.170/US$). Liputan6.com pada 2016 menduduki ranking 293 dunia, meningkat pesat dibanding tahun sebelumnya di urutan 450 dunia yang ditopang traffic 94,3% dari Indonesia. Skor SEO untuk Liputan6.com sebesar 79%. Liputan6.com menggeser peringkat Kompas.com yang sebelumnya menduduki peringkat keempat.

Kompas.com berada di posisi kelima dengan nilai valuasi 2016 sebesar US$ 14.505.115 (atau setara Rp 188,5 miliar dengan kurs Rp 13.000/US$), naik dibanding tahun sebelumnya sebesar US$ 13.643.062 (atau setara Rp 193,3 miliar dengan kurs Rp 14.170/US$). Kompas.com menduduki ranking 360 dunia pada tahun ini, meningkat dibanding peringkat 402 dunia pada 2015, dengan ditopang traffic 91,6% dari Indonesia. Skor SEO Kompas.com 75%.

Dominasi E-commerce

Di posisi keenam, situs e-commerce marketplace Bukalapak.com memiliki valuasi pada 2016 sebesar US$ 11.616.148 (atau setara dengan Rp 151 miliar dengan kurs Rp 13.000/US$), atau naik tajam dibanding valuasi pada 2015 sebesar US$ 7.443.979 (atau setara Rp 105,4 miliar dengan kurs Rp 14.170/US$). Bukalapak.com menduduki ranking 383 dunia pada 2016, meningkat dari posisi 472 dunia pada 2015, yang ditopang traffic 96,8% dari Indonesia. Skor SEO untuk marketplace ini tergolong standar, sebesar 65%.

Ketujuh, situs e-commerce marketplace Tokopedia.com memiliki valuasi nilai pada 2016 sebesar US$ 9.194.011 (atau setara dengan Rp 119,5 miliar dengan kurs Rp 13.000/US$), naik dari valuasi 2015 sebesar US$ 2.087.511 (atau setara Rp 29,5 miliar dengan kurs Rp 14.170/US$). Peringkat secara global Tokopedia.com juga naik tajam menjadi ranking 451 dunia pada 2016 dari ranking 713 dunia pada 2015. Tokopedia.com ditopang traffic 96,8% dari Indonesia. Skor SEO untuk marketplace ini sebesar 69%. Posisi Tokopedia.com menanjak ke urutan keenam di Indonesia menggeser Lazada.co.id dan Olx.co.id.

Kedelapan, e-commerce yang semula tenar dengan nama Tokobagus.com kemudian berubah menjadi Olx.co.id, dengan valuasi nilai pada 2016 sebesar US$ 2.116.520 (atau setara Rp  27,5 miliar), turun tipis dibanding 2015 dengan nilai valuasi US$ 2.167.954 (atau setara Rp 30,7 miliar dengan kurs Rp 14.170/US$). Secara global, peringkat Olx.co.id juga cenderung turun pada 2016 menjadi urutan 1.236 dunia, dibanding posisi pada 2015 di ranking 1.081 dunia. Traffic Olx.co.id berasal 94,9% dari Indonesia dengan skor SEO sebesar 76%.

Lazada.co.id berada di posisi kesembilan dengan valuasi nilai pada 2016 sebesar US$ 1.788.326 (atau setara Rp 23,2 miliar), turun dibanding nilai valuasi pada 2015 sebesar US$ 3.782.512 (atau setara Rp 53,5 miliar dengan kurs Rp 14.170/US$). Secara global, Lazada.co.id berada di ranking 991 dunia pada 2016, anjlok dibanding peringkat pada 2015 yakni urutan 639 dunia. Lazada.co.id ditopang traffic 96,1% dari Indonesia. Skor SEO untuk website ini juga turun dari sebesar 74% pada 2015 menjadi hanya 62% pada 2016.

Kesepuluh, portal berita besutan Grup Bakrie, Viva.co.id, memiliki valuasi nilai pada 2016 sebesar US$ 1.490.362 (atau setara Rp 19,37 miliar dengan kurs Rp 13.000/US$), lebih rendah dibanding nilai valuasi pada 2015 sebesar US$ 1.863.413 (atau setara Rp 26,4 miliar dengan kurs Rp 14.170/US$). Secara global, peringkat Viva.co.id juga melemah ke posisi 2.357 dunia pada 2016 dibanding posisi pada 2015 di ranking 1.194 dunia. Viva.co.id ditopang traffic 95,6% dari Indonesia dengan skor SEO sebesar 64%.(*)

Sumber: di sini

Minggu, 13 Maret 2016

Tren Investasi di Kuartal I 2016

Berbicara investasi di kuartal I 2016, sangat sulit menentukan target yang stabil dan relatif aman. Fluktuasi baik di saham maupun komoditas secara cepat terjadi tanpa disertai tren yang panjang.

Aliran dana global pun pindah secara cepat. Di kuartal I 2016, sekilas fund global (investor skala besar pengelola dana) cenderung menggeser (switching) penempatan dana dari pasar China dan Jepang yang terus bergejolak, ke negara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Thailand. Hal itu terlihat dari penguatan (apresiasi) nilai tukar mata uang di sejumlah negara Asia Tenggara, seperti rupiah dari Indonesia menguat 5,4% sepanjang tahun ini (year to date).

Pengelola aset global menilai Asia Tenggara saat ini menjadi lokasi investasi paling aman dari volatilitas (safe haven), seiring akselerasi ekonomi yang masih berjalan. Secara khusus, tahun ini Indonesia dan Thailand menjadi negara penarik limpahan dana terbesar yang berpindah dari China, dibandingkan pasar saham negara lain di Asia.

Tercatat, tahun ini kedua negara menikmati titik balik dari posisi 2015, ketika indeks acuan di Jakarta dan Bangkok anjlok lebih dari 12% di tengah melorotnya nilai rupiah dan baht. “Mata uang yang stabil membantu memulihkan kepercayaan di pasar saham,” ujar Alan Richardson dari Samsung Asset Management Ltd yang berbasis di Hong Kong, seperti dilansir Bloomberg, Selasa (8/3). “Investor menuju Asia Tenggara karena mereka sudah kecewa dengan kinerja Cina. Tidak banyak peluang di Asia.”

Richardson menambahkan, pihaknya telah membeli saham perusahaan media di Indonesia sebagai proxy sari saham-saham konsumer yang melambung tinggi. Sebagai gambaran, banyak investor mengincar perusahaan media karena berharap dari belanja iklan menyusul bersinarnya sektor konsumen. Adapun untuk membeli saham sektor konsumen harganya sudah terlanjur mahal sehingga mereka beralih ke media untuk ikut menikmati belanja iklan dari sektor konsumen.

Hal itu tentunya membantu memikat dana asing ke Indonesia dan Thailand, dua dari tiga negara yang mencatat arus masuk bersih tahun ini di antara delapan pasar Asia yang dilacak oleh Bloomberg. Sekitar US$ 327 juta mengalir ke saham Indonesia dan US$ 169 juta masuk ke saham Thailand. Indeks SET Thailand naik 8,4% tahun ini. Sedangkan IHSG menyeruak dari posisi bearish dan naik 17% dari titik terendah pada September tahun lalu.

Seiring dengan itu, nilai tukar rupiah terapresiasi 5,4% tahun ini, sementara ringgit Malaysia menguat 4,8%, dan baht Thailand naik 1,9 persen. Padahal, pada Oktober 2015, volatilitas 30 hari untuk rupiah melompat ke titik tertinggi lima tahun dan baht tertinggi dua tahun.

Aset Asia Tenggara pulih dan menjadi stabil setelah Chairwoman The Fed, Janet Yellen, mengindikasikan awal Februari bahwa pihaknya tidak akan terburu-buru melanjutkan kenaikan suku bunga karena turbulensi di pasar global.

Di pihak lain, Goldman Sachs Group Inc telah merilis perkiraan negara-negara Asean akan mencatat pertumbuhan ekonomi 4,5% tahun ini, berbanding 2% di AS, 1,5% di Zona Euro, serta 0,7% di Jepang.

“Asia Tenggara kurang dipengaruhi semua kekhawatiran eksternal karena ekonomi mereka yang jauh lebih berorientasi domestik,” kata Mixo Das, analis di Nomura Holdings Inc di Singapura. “Kisah ekonomi makro untuk Asia Tenggara relatif lebih baik daripada tempat lain.”(*/berbagai sumber/tim redaksi 03)

Sumber: di sini

Senin, 07 Maret 2016

Ketika Kelesuan Bisnis Diterjemahkan Sebagai Peluang

Dalam satu tahun terakhir, gejolak yang menerpa dunia bisnis di Indonesia seperti belum kunjung reda. Dari mulai kejatuhan harga komoditas yang melemahkan daya beli masyarakat di luar Pulau Jawa, depresiasi kurs rupiah yang melemahkan daya beli masyarakat di Pulau Jawa, hingga gelombang pemutusan hubungan kerja yang menghantam sebagian industri skala menengah besar.

Bukan hanya industri komoditas ekspor yang terpukul, sektor industri manufaktur juga menjerit, serta industri ritel mulai terdampak. Beberapa outlet convenient store di daerah Jakarta Selatan harus menelan pil pahit, menutup gerai. Bahkan satu brand convenient store harus menghentikan operasional secara luas.

Ini boleh jadi gejolak tsunami ekonomi yang sedang melanda dunia, bukan hanya Indonesia.
Tapi secara khusus, Indonesia juga terkena dampak besar. Perekonomian melemah, peredaran uang makin ketat, kredit melambat, tanda-tanda positif belum terlihat.

Ada sejumlah pengamat yang menilai kondisi tersebut hanya pergeseran bisnis dari tradisional ke segmen online (internet). Boleh jadi demikian. Namun, apakah pergeseran tersebut mencakup seluruh fundamental bisnis? Untuk menjawab hal tersebut perlu riset lebih mendalam.

Di lain pihak, terdapat pameo yang mengatakan di setiap kelesuan bisnis terdapat peluang bagi pihak yang jeli. Mungkin pameo itu benar, tapi harus didukung oleh faktor penunjang yang penting: yakni data dan strategi akurat.

Di setiap lini usaha, mulai dari pembelian bahan baku, pencarian vendor, proses pengolahan, marketing, distribusi, ekspor-impor, semua membutuhkan data, analisis, dan riset. Bahkan, persaingan pasar juga membutuhkan data, analisis, dan riset untuk mengintip kekuatan-kelemahan pesaing (market intelligence), mempelajari strategi kompetitor, mengakuisisi pelanggan, mempertahankan pangsa pasar, edukasi pasar, edukasi konsumen, brand awareness, dan lainnya.

Di era globalisasi dan digitalisasi seperti sekarang, data sudah dianggap sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan secara profesional. Seluruh rantai bisnis industri (supply-demand chain) membutuhkan data untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dan efisien.

Namun, di Indonesia sering terjadi pencarian data, analisis, dan riset sulit dilakukan karena terbatasnya akses informasi, ruang publik, ekosistem yang belum berkembang, serta ketiadaan forum/ajang interaksi jual-beli data. Karena itu, tidak heran, harga (nilai) sebuah data dapat melambung tinggi karena keterbatasan pasokan, sementara kebutuhan tergolong tinggi.(*)

Sumber: di sini

Rabu, 02 Maret 2016

Fenomena PHK Tenaga Kerja, Go-Jek, dan Kondisi Industri

Terhenyak membaca pasukan pengendara Go-Jek mencapai 250 ribu orang dan terus bertambah. Dengan jumlah seperempat juta jiwa, mungkin perusahaan berbasis aplikasi ini menjadi salah satu dengan jumlah tenaga kerja terbesar di Indonesia.

Memang harus diakui, era digitalisasi masih terus booming secara global. Dan di tengah perlambatan ekonomi dunia, kejatuhan harga komoditas, serta perang mata uang, bisnis online menjadi salah satu pergeseran arus besar yang dimungkinkan.

Namun, pergeseran yang drastis, bahkan terkesan super fast, ini justru menimbulkan pertanyaan besar.

Mengapa terjadi pergeseran tenaga kerja sekitar 250 ribu orang ke aplikasi online? Apa faktor pendorongnya? Apakah memang lapangan kerja di industri lain sedang anjlok atau itu hanya motivasi pribadi seperti pendapatan yang lebih besar?

Jika menilik kondisi dan kinerja industri di Indonesia belakangan ini, patut disadari tekanan berat makin menerpa. Dari mulai perlambatan ekonomi, penurunan daya beli konsumen, fluktuasi kurs dan harga bahan baku, perang melawan produk impor, industri terutama komoditas dan manufaktur mulai terjun bebas.

Akibatnya, industri yang tidak kuat bersaing harus menerapkan efisiensi, entah itu mengurangi tenaga kerja, menurunkan produksi, hingga mengorbankan profit.

Sebut saja, raksasa otomotif seperti Ford dan GM hingga prinsipal elektronik semacam Toshiba dan Panasonic harus menelan pil pahit: mengurangi tenaga kerja. Belum lagi Chevron, United Tractors, dan entah berapa banyak pemain industri kecil dan menengah yang melakukan hal serupa.

Padahal, lapangan kerja dibutuhkan untuk memutar roda perekonomian secara nasional. Bagaimana bisa suatu daerah dapat menggerakkan ekonominya jika tidak tersedia lapangan kerja yang cukup?

Jika itu yang terjadi, daerah tersebut hanya akan menjadi 'parasit' bagi daerah lain, tanpa mampu mandiri menghidupi kebutuhannya sendiri.

Dari uraian di atas, sedikitnya ada dua pekerjaan rumah yang mesti dibenahi semua pihak. Pertama, dari sisi industri perlu dibenahi secara radikal. Perlu usaha lebih keras untuk menghidupkan kembali industri yang berdaya saing dan mampu menyerap tenaga kerja. Pemerintah sebenarnya telah memiliki rencana tapi dibutuhkan terobosan lebih kuat.

Kedua, menumbuhkan daya beli konsumen agar pasar lokal kembali bergairah.

Harus disadari, lapangan kerja sangat dibutuhkan oleh generasi selanjutnya untuk menata kembali kehidupan yang lebih baik.(*)

Sumber selengkapnya di sini